Kamis, 31 Oktober 2013

RESENSI NOVEL BIDADARI BIDADARI SURGA

mau tahu novel yang mengaduk ngaduk perasaan kalian,
aku ceritain sinopsisnya aja ya ..!!
RESENSI NOVEL BIDADARI BIDADARI SURGA karangan terre-liye



Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : Republika, 2008
Halaman : 363 halaman, 20.5 x 13,5 cm
Percetakan : PT. Gramedia, Jakarta

Novel ini menceritakan tentang kisah kehidupan sebuah keluarga yang berada di lembah Lahembay, lembah terpencil. Cerita yang begitu menyentuh, menginspirasi, dan mengahrukan. Keluarga ini terdiri dari seorang Mamak, dan lima orang anak. Anak perama bernama Laisa, keduanya Dalimunte, ketiganya Wibisana, keempatnya Ikanuri, dan terakhir Yashinta. Laisa adalah seorang kakak tertua yang sangat menyayangi adik-adiknya dan Mamaknya. Dia bahkan rela putus sekolah saat kelas empat Sekolah Dasar demi membantu Mamaknya mencari uang untuk sekolah adik-adiknya. Dia selalu bekerja keras, selalu meneriaki adik-adiknya untuk bersemangat dan rajin sekolah. Dia memberikan berbagai motivasi dan angan-angan yang begitu indah jika adiknya rajin belajar dan menjadi pintar. Dia menjanjikan kehidupan yang akan jauh lebih baik dan indah di luar sana jika mereka pintar. Meskipun tampilan fisik Laisa berbeda dari keempat adiknya yaitu rambut gimbal, hitam, jelek, dan gendut. Bahkan seringkali para tetangga mempertanyakan perbedaan fisik tersebut dan menganggapnya sebagai anak angkat, namun Laisa tidak pernah menghiraukannya dia tetap berjuang demia adik-adinya. Adik-adiknya sangat menyayangi, patuh, dan meneladani sikap Laisa. Dia selalu mengutamakan adik-adiknya, berjuang tanpa kenal lelah demi adik-adiknya, selalu datang di setiap adik-adiknya membutuhkannya, dan bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi adik-adiknya. Itu adalah alasan yang membuat semua adik-adiknya begitu patuh dan menyayanginya, mereka juga tidak menghiraukan perbedaan fisik yang sangat menonjol antara mereka dengan Laisa. Dalimunte adalah sosok seorang lelaki yang cerdas, penurut, dan lembut hatinya. Di antara semua adik-adik Laisa Dalimunte adalah adiknya yang paling pintar. Sejak kecil dia bahkan sudah mampu membuat penemuan-penemuan yang membantu kehidupan keluarga, bahkan bagi desanya. Semenjak kecil nilai-nilai di sekolahnya sangat memuaskan dan selalu menjadi yang terbaik. Wibisana dan Ikanuri adalah dua adiknya yang beda namun kembar. Hal ini disebabkan meskipun mereka terlahir berbeda sebelas bulan, namun watak, kebiasaaan, dan cara pandang mereka sangatlah mirip. Diantara keempat adiknya mereka berdualah yang paling bandel, cuek, nakal, dan suka membolos sekolah. Namun, meskipun demikian mereka tidak berani membantah kata-kata Kak Laisa karena kecintaan dan pengorbanan Kak Laisa. Adiknya yang terakhir adalah Yashinta, seorang gadis kecil yang cantik dan manis. Dia selalu ingin tahu tentang berbagai hal baru, terutama tentang alam dan hewan-hewan lucu. Dia selalau meminta Kak Laisa mengantarkannya ke hutan untuk melihat berbagai hewan dan tumbuhan yang unik dan lucu. Meskipun dia lebih kecil dari Kak Laisa, namun kekuatannya melangkah dan menyusururi hutan lebih kuat dibandingakan keempat saudara lainnya.
Semenjak kecil perjalanan kehidupan mereka adalah kehidupan yang keras, dan penuh perjuangan. Mamaknya mencari nafkah sendirian dibantu Kak Laisa semenjak umurnya tujuh tahun ketika Babaknya meninggal dunia diterkam harimau. Sejak saat itu, kak Laisa yang pernah dititpi pesan terkhir sebelum Babaknya meninggal berjanji akan menjaga adik-adiknya dan bersumpah akan memberikan kesempatan kepada adik-adiknya untuk menjadi orang-orang yang hebat. Sumpah ini membuat terang benderang kisah ini. Kak Laisa begitu banyak berkorban untuk keluarga ini. Dia rela berhenti sekolah untuk adik-adiknya. Demi Dalimunte dia rela menghabiskan seluruh waktunya di ladang untuk membiayai Dalimunte masuk SMP, bahkan dia pernah rugi besar karena keinginan untuk merubah peerkebunannya menjadi kebun strawberry gagal total, namun dia tidak menyerah dan terus mencobanya demi mengumpulkan uang untuk Dalimunte masuk SMP, dan dia berhasil. Demi Ikanuri dan Wibisana, Kak Laisa rela mengorbankan hidup dan nyawanya dengan cara dia menghadapi harimau hutan rimba yang hendak memakan Wibisana dan Ikanuri. Dia menggantikan posisi Ikanuri dan Wibisana , dan menyuruh mereka berlari. Alhasil harimau tersebut tidak jadi menerkam Laisa yang benar-benar sudah berada dua meter di depannya. Tiba-tiba saja harimau it pergi begitu saja. Akhirnya diketahui bahwa ternyata harimau memiliki insting kasih sayang, dan harimau itu melihat pancaran rasa kasih sayang yang begitu mendalam dari Laisa terhadap kedua adiknya oleh sebab itu harimau tersebut tidak jadi menerkam Laisa. Demi Yashinta, Laisa rela menerobos hujan ketika malam sekitar pukul 00.00 ketika Yashinta sedang sakit. Dia tidak peduli akan derasnya hujan, dia lari sendirian ke kampunga atas yang jaraknya lebih dari 10 km tanpa putus asa untuk memanggil mahasiswa KKN fak. Kedokteran. Bahkan dia mempertaruhkan nyawanya, dia sempat tergelincir hingga mata kakinya berpindah. Itu sangat sakit, sakit sekali namun dia tidak memperdulikannya tetap menerobos hujan. Dan menyimpan lukanya sendirian. Masih banyak lagi yang Dia korbankan demi adik-adiknya, namun meskipun banyak penderitaan yang Dia alami demi adik-adiknya dia tidak pernah menangis di depan adik-adiknya. Dia selalu meneriaki adik-adiknya dengan kata – kata”kerja keras”, dan dia juga tidak pernah mengeluh kepada adik-adiknya. Karena kerja kerasnnya, akhirnya dia sukses bertanam strawbery hingga hampir separuh tanah desanya ditanami oleh strawbery miliknya. Selain itu dia juga membangun jalan di desanya, kemudian membangun sekolah untuk sekolah anak-anak di desanya. Karena perjuangan dan kasih sayangnya itulah adik-adiknya dapat bersekolah hingga sarjana, bahkan Dalimunte menjadi seorang Professor, dan Yashinta lulusan terbaik s2 di Belanda. Laisa sangat bangga karena adik-adiknya menjadi orang-orang hebat dan sukses. Bahkan dia sendiri melupakan satu hal yaitu kebahagiaannya. Dia tidak pernah mengeluh atas apa yang diterimanya, bahkan suatu kenyataan dia “dilintasi” adik-adiknya menikah. Semula, semua adiknya tidak mau melintasi kakaknya tercinta itu, namun berkali-kali Laisa mengatakan bahwa dia tidak ingin membuat adik-adiknya menderita, jika menunggu dirinya entah sampai kapan datangnya. Berbagai cara sudah dilakukan adik-adiknya terutama Dalimunte untuk menjodohkannya. Namun, tidakpernah berhasil. Meskipun demikian, ketika usia Laisa sudah 40an dan para tetangga justru merasa iba padanya, Laisa selalu mengatakan bahwa jika waktunya tiba pasti jodoh itu akan datang.Namun, hingga penyakit kanker Laisa yang diam-diam disembunyikannya menyerang jodoh itu belum datang jua. Bahkan hingga nafas terakhirnya. Laisa selama ini sudah merasa bahagia dan merasa cukup karena dia telah memiliki adik-adik yang sangat membanggakan. Rasa syukur selalu dipancarkan dari dirinya, bahkan ketika di usianya yang ke-43 tahun ketika dia terserang kanker stadium 4, dan ketika semua adik-adiknya telah melintasinya, serta ketika kenyataan mengatakan bahwa Laisa memang anak angkat yang ditinggalkan ayahnya dengan direndam di baskom hingga tubuhnya membiru ketika bayi dia tetap bersyukur atas hidupnya. Senyumanpun terukir pada wajahnya ketika waktunya di dunia telah habis.
Sungguh novel yang sangat indah, menyentuh, dan penuh pembelajaran hidup. Tere-Liye dengan kata-katanya yang ringan, mudah dimengerti, dan terkadang menggelitik lagi-lagi membius pembacanya, sehingga bisa ikut mengalir dalam setiap kejadiannya. Selain itu berkali-kali aku menyeka pipiku karena aliran air mata yang seringkali tak terkendali. Sungguh cerita perjuangan yang begitu mengharukan. Memberi pelajaran dan mengingatkan pembaca atas makna sebuah kerja keras, kasih sayang, dan ketulusan. Sosok Laisa adalah cerminan manusia yang mengagumkan. Sosok manusia yang tetap berbuat kebaikan dan berusaha memberi manfaat kepada orang lain. Bahkan dia tidak sempat memikirkan dirinya sendiri. Inilah kebahagiaan dan ketulusan kasih sayang yang hakiki. Dalam cerita ini Laisa memberikan sebuah pesan bahwa Kebahagiaan adalah ketika bisa melihat orang lain bahagia. Meskipun demikian namun ada beberapa hal kecil yang merupakan kekurangan dari novel ini yaitu alur cerita yang campuran terkadang membuat bingung pembaca. Sehingga terkadang pembaca perlu mengulangi bacaannya untuk mengetahui telah sampai mana alur bacannya. Tapi secara keseluruhan novel ini bagus dan mendidik. Tere-Liye berhasil mengaduk-ngaduk perasaan pembacanya, perasaan dari lubuk hati yang benar-benar dalam.
Novel ini saya rekomendasikan untuk dibaca kepada siapapun anda. Novel ini akan mengingatkan kepada kita akan saudara-saudara kita. Sudahkan kita berbuat yang terbaik kepada mereka? Apakah kita tulus menyayangi mereka? Dan pernahkah kita mengatakan bahwa kita sangat mencintai mereka dan rela melakukan apapun demi kebahagiaan mereka?. Jika belum maka bacalah novel ini, benar-benar membuat kita terdiam dan berfikir sejenak serta merasa begitu kecil dan hinanya diri kita akan kasih sayang kita pada saudara-saudara kita yang ternyata sangatlah kecil. Kasih sayang yang mungkin hanya kasih sayang dusta. So be enjoyed with this novel.

1 komentar:

lima jemari ini mengatakan...

bidadari surga salamnya lagunya uje (hahahha swo sweatttttttttt)

Posting Komentar